Kembanggula Cerpen : Cerita Usang Yang Harusnya Sudah Kubuang 💩
Hai kota tempatmu tinggal ! 😻😻😻
Nitip salam ya buat pangerannya maaf jika saat ini aku belum bisa melupakan sosoknya. Segala tentang dirinya masih tergambar jelas dalam ingatan, maaf juga jika aku telah lancang menjadikan dia tokoh utama dalam dongeng hidupku aku pun tidak tau mengapa aku bisa segila ini, mungkin orang lain akan menertawai apa yang aku lakukan.
***
Tapi, aku sudah terlanjur terpesona oleh sosoknya sejak pertama kali dia hadir dalam dunia ku saat dia menghilang bertahun-tahun pun masih ku tunggu, kurindu. Ketika dia hadir membawa berita gembira kepada para rumput hijau yang ada dalam hutan dongeng ku, sosoknya menyejukan laksana hembusan angin musim panas, hadirnya bagai rintik hujan di awal bulan Oktober menyuburkan kembali segala sesuatu yang hampir kering bahkan mati.
***
Terkena terpaan mentari musim lalu dia juga telah berhasil menarik perhatian segala kehidupan disana. Dialah The Prince of the Rain meskipun dia hidup hanya dalam dongeng hidupku tidak mengapa aku sudah bahagia bisa menuliskan dongeng bersamanya, selama hidupku. Aku menuliskan dongeng untuknya sejak pertama kali kita ketemu saat itu tepatnya eleventyearsago.
***
Dulu aku tidak suka menulis apalagi mendongeng untuk orang, menulis untuk orang lain bagiku tidak penting, namun setelah aku mengenalnya, otakku bekerja bahkan memaksa untuk mencari cara bagaimana menggambarkan keindahanya namun tidak dengan menyampaikan langsung padanya itu suatu hal yang mustahil untuk mengungkapkan betapa aku mengaguminya, karena aku tidak punya banyak keberanian pada saat itu bahkan hingga saat ini aku belum punya atau bahkan mungkin aku tidak akan pernah lunya keberanian untuknya.
***
Mungkin dongeng-dongeng ini akan kunikmati sendiri akan kubaca setiap hari dipenghujung senja karena setiap aku membacanya akan merasakan dia hadir disini diantara larik tulisan-tulisan. Dia menari diantara indahnya alunan puisi yang kubuat untuknya dia tersenyum menatap kearahku wajahnya bersinar diterpa oleh sinar mentari senja yang menyejukan walau bayanganya hanya terlihat dari kejauhan sosoknya adalah Rindu untukku.
***
Aku merindukannya setiap saat aku jatuh cinta padanya setiap hari, segala dongeng tentang dirinya, tulisan-tulisan untukknya puisi yang kulantunkan untuknya, mereka semua tak luput dari tema kerinduan. Aku rindu akan sosoknya dalam kehidupan nyata ku, aku rindu senyuman indah itu,
***
Banyak orang menyatakan rindu itu menyenangkan mungkin baginya benar sebab, rindunya berpulang pada tubuh yang siap dengan pelukan namun, rindu yang indah itu sepertinya tidak berlaku bagi penantianku untuknya bagaimana aku bisa tersenyum jika ternyata rindu yang selama ini kugenggam telah hilang, sekali saja rasanya aku ingin menjadi kamu, menjadi seseorang yabg ditunggu bukan menuggu kadang aku ingin berkelahi dengan waktu entah sampai kapan dia akan memisahkan aku dengan pelukanmu? Kamu tahu? Sering kali malam membisikan jika perpisahan kita adalah cara semesta menguji seberapa besar cinta yang aku dan kamu punya.
***
Tapi, bolehkah aku tertawai ini semua?
kadang aku merasa semest begitu baik dengan kita bahkan aku sering berfikir jika semsta sedang menyiapkan hal-hal baik untuk kita namun mengapa ia harus sisihkan itu dalam kehilangan yang tak pernah kita inginkan? Tidak mudah memang untuk kehilangan sosokmu, sulit bagiku tak memberi tuan setiap kali pintu hatiku diketuk kerinduan terhadapmu bukankah benar setiap perpisahan itu menyakitkan? Tapi kuharap tidak dengan perpisahanku denganmu, kamu tahu? Diantara lara nya rindu, sesaknya jerit yang kian menggema dalam jiwa, diantara luka-luka yang menganga diterpa oleh panasnya sinar redup mentari sore di langit penantian.
***
Diantara mereka masih ada setetes kesejukan walau itu hanya sebuah air mata yang terus jatuh dengan sejuta harapan ini bukan perpisahan, berulang kali kata itu kusebutkan, kubisikan kepada mereka semua ini bukan perpisahan, ini bukan perpisahan kita cuma diuji aku telah membisikan kata-kata itu kepada mereka semua! Berulang-ulang tapi mereka semua diam bahkan mendengarkanku pun tidak, mereka semua mengacuhkan kata-kataku mereka semua tidak peduli bahkan mereka semua tidak membenarkan kata-kataku, mereka mmenganggapku gila.
***
Lantas harus kemana kupulangkan rindu, saat pulangmu tak lagi aku? Setelah kepergianmu kamu tahu hal buruk apa yang aku lakukan ketika aku berperang melawan rindu? Seringkali aku mengutuk waktu mengapa mereka begitu lama membuat sosokku hilang dari hidupmu sehingga berhasil memalingkan hatimu untuk yang lain. Aku benci kepada waktu mereka mudah sekali tahu kelemahanku, midah sekali mereka menertawakan jatuhku, mudah sekali baginya membuatku berpisah denganmu. Mungkin dipisahkan denganmu aku masih sanggup tapi, aku benci itu aku mampu jauh darimu tapi, aku tidak mau.
Komentar
Posting Komentar